
NN
Sekawan awan
nasab di atas
laut.
Menyaring warna
langit pecah.
Menadah cakrawala
yang darah.
Matahari diserap
persujudan barat.
Burung-burung rafa'
mengepak sayap.
Senyap, lenyap,
dikurung lengkung langit.
Aku masbuq---bertahajud.
Di jantung-tunas
penyaksian.
Lantas hujan
itu, serupa batu
berjatuhan meremukan wujudku.
Sebab wujudku adalah
deritaku.
Malam membungkamku,
di semua yang melidah indah: menyebut namamu.
Angan melintang
pandang, disebut mulut, meniti hati: tak hilang datang.
Beban diam
menerkam.
Kau tak pernah
lenyap dalam ketidakhadiranmu.
Aku hanya
tahan[an] dalam perang
ini.
Rantai dijebloskan
di ungkapan tentangmu.
Bulan berenang
saat angin membelah
seluruh celah tubuh.
Keliar pandang
nyisa kelakar digelar candikala.
Kemana mata
kalah tak menemukanmu, aku menyanggah:
melangkah ke segala
arah.
mata.
Angin.
'Muhammad Tri Muda'i
NOTE: You are
welcome to share my poetry with others – please credit “dithelen” with a link
to my website. Thanks!