gravatar

Biji Sesawi (kesaksian hidup Rodi)-Khusus Nasrani


Warning: Be prepared for images of violence and death
(in one  case, the photograph of a dead child) if you scroll down.

"Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." (Mat13:32).

Yesus pernah mengutarakan kepada murid-muridnya mengenai Iman & Biji sesawi.

Saya bersyukur kepada Tuhan bila saja saya mendapatkan Iman sebesar sebiji sesawi dalam hidup saya. Ternyata, saya baru mengerti kita (umat yang percaya Yesus) sudah mendapatkannya "iman sebiji sesawi itu" disaat kita telah menerima Kristus. Iman itu digambarkan seumpama biji sesawi yang dapat tumbuh menjadi besar bahkan menjadi pohon.

Hal ini bisa saya lihat & rasakan disaat saya mengalami kecelakaan.

Sudah 3 tahun saya melewati masa kritis itu, dan sudah 3 tahun pula saya menikmati rasa sakit yang harus saya bawa setiap hari, setiap jam & setiap detik, Puji Tuhan.
Hanya dengan pertolongan Tuhan semuanya boleh berjalan dengan baik dan perlahan saya dikuatkan dari rasa sakit itu.

Setelah saya diamputasi masih ada hal yang harus saya lewati.

Bukan saja mental tetapi juga adaptasi terhadap lingkungan dan tubuh yang baru.
Menurut perhitungan medis seharusnya saya diamputasi dari pangkal paha saya yg patah, sebab kecil kemungkinan tulang saya dapat kembali menyatu, (dikarenakan luka terbuka yang lama di paha).


 Luka paha terbuka

Tulang sudah terinfeksi begitu juga tubuh yg sudah menolak akan benda asing (itu menurut hasil medis oleh karenanya mereka menganjurkan amputasi dari pinggul).

Tetapi saya tetap bertahan agar paha saya tidak perlu diamputasi.
Kesimpulannya pihak dokter memasukkan pen (sepanjang tulang paha) ke dalam tulang sum-sum paha dengan menembus melalui pinggul saya. Wow, rasa sakitnya luar biasa sekali hingga hari ini. (yang tidak sakit menjadi sakit).


Hasil pen yang dimasukkan melalui pinggul

Selama 3 tahun saya melalui kehidupan seperti ini, saya percaya Tuhan memberi kekuatan & pemulihan buat saya, walau sempat di tahun pertama rasa sakit di pinggul dan dengkul saya sungguh luar biasa saya alami (dengkul mengalami kontraktur(kaku)-betis tidak bisa melipat secara penuh), tubuh saya tidak bisa bergerak leluasa disaat rasa sakit itu datang.

Dudukpun sulit, bahkan terkadang pecahan-pecahan kecil tulang keluar dari paha saya.
Puji Tuhan seberapapun rasa sakit itu mengintimidasi saya, tidak melebihi dari kekuatan saya. Saya masih bisa beryukur sebab saya masih mempunyai pengharapan bahwa saya masih bisa untuk berjalan kembali dan sehat.

1/2 tahun berjalan saya sudah mulai lepas kursi roda dan mencoba menggunakan tongkat.

di tahun pertama  mencoba kaki palsu. Kendala tetap ada, setiap saya menepakkan kaki palsu, pinggul langsung terasa sakit dan nyeri juga dibarengi dengan demam tinggi malamnya.
Belum lagi bila phantom pain datang menyerang, puji Tuhan lengkap semua kesakitan itu.
Oleh karena itu  jarang sekali saya memakai kaki palsu, hanya bila sedang keluar rumah saja saya menggunakannya (walaupun harus demam setelah itu).
Selama 4 bulan pertama saya keluar dari RS, saya rutin chek-up, tetapi setelah itu tidak lagi.
2 tahun berjalan saya mulai u/ bersosialisasi dengan keluarga besar u/ mencoba berkunjung dan berkumpul. Tetapi bila saya banyak bergerak rasa sakit itu selalu datang di bagian pangkal pinggul saya.

Terkadang memang keluarga besar selalu banyak yang bertanya "kok sudah menggunakan kaki palsu tetap memakai tongkat?". Mereka bertanya karena tidak tahu, itu hal biasa buat saya.  Secara medis memang bila seorang pasien diamputasi (below knee), 6 bulan setelah itu mereka sudah dapat menggunakan kaki palsu (endoskeletal) dan berjalan kembali.

Pasien sudah dapat menggunakan kaki palsu dan berjalan kembali.
Tetapi berbeda dengan pengalaman medis saya, sebab dikarenakan pinggul yang sengaja dilukai untuk memasukkan pen hal itulah yang membuat rasa sakit selalu ada.

Masuk tahun ke 3 saya sudah mulai beradaptasi untuk rasa sakit di paha saya.

Saya sudah mulai berani untuk menaiki motor kembali (hanya diboncengi saja). Rasa nyeri paha dan pinggul sudah mulai saya lawan bila terjadi goncangan.
Perjalanan yg menurut saya paling berani dan jauh adalah disaat saya pergi ke medan lengkap dengan menggunakan kaki palsu saya (mei 2012).
Tuhan luar biasa buat saya, saya dapat melalui rasa sakit itu dengan pertolongan kekuatanNya. hampir 4 bulan saya berada disana (medan) dan semua baik2 saja.
lalu saya kembali ke jakarta.
Selama 3 tahun terakhir saya merasakan bahwa dengkul & patahan tulang paha sudah mulai tak sering terasa lagi rasa sakitnya walaupun pinggul memang selalu saja sakit tetapi rasa sakit yang biasa saja sebab saya sudah mulai menikmati rasa sakit itu (mulai beradaptasi).

Saya merasakan bahwa saya sudah pulih, dan ada niat saya disaat nanti saya dijakarta saya akan chek-up kembali untuk melihat hasilnya. Saya sangat bersemangat sekali sewaktu pergi check-up, yg saya pikirkan waktu itu hanyalah bahwa saya akan mencabut pen didalam tubuh saya sebab dikarenakan sudah 3 tahun lamanya benda asing ini tertanam didalam tubuh saya. Bertemu dengan dokter orthopedi yg dahulu mengoperasi saya adalah sebuah reuni yang tidak pernah saya inginkan, setelah konsultasi saya di suruh untuk rontgen terlebih dahulu apakah ada perkembangan bagi tulang saya.

Melihat hasil rontgen, saya terkejut dan sempat drop, tulang paha saya belum juga tersambung dan lebih parahnya lagi ujung (atas) pen yang berada di pinggul beberapa cm keluar dari tulang paha saya.


Hasil rontgen terakhir

Saya baru tahu ternyata hal ini yg membuat pinggul saya selalu sakit yang berkepanjangan. Pen yg keluar dari tulang itulah yang menyebabkan rasa sakit karena selalu merusak daging dalam tubuh saya (itulah yg membuat luka dipinggul yang tidak tertutup hingga sekarang dan selalu mengeluarkan darah/nanah).


Disaat dokter melihat hasilnya lalu ia mengatakan

"Maap rodi, tulang kamu belum tersambung dan pen ini harus kita cabut sebab infeksinya tidak akan pernah membaik. Bahkan kalau dibiarkan akan terjadi tumor kulit pada pinggul paha kamu." lalu saya bilang " Bisakah diganti dengan pen yang baru yg tidak terlalu panjang." dokter bilang "tidak bisa, infeksinya akan tetap ada, sehingga membuat tulang tidak bisa menyatu.".
"Jadi saya harus bagaimana, dok?" tanya saya.
"Saya tidak mempunyai solusinya, lebih baik saran saya kamu harus kembali dengan perawatan awal dengan menggunakan pen eksternal." itu pendapat dokter saya.

Mendengar hal itu saya kaget. ini seperti saya kembali lagi pertama kali diruang IGD.

Masa saya harus kembali lagi memulai seperti waktu pertama kali kecelakaan (menggunakan pen eksternal-yang hanya bisa berbaring di tempat tidur), hal itu sudah pasti membuat saya tidak dapat beraktifitas.


"Pen eksternal" : awal pertama kali kecelakaan


Dengan rasa penyesalan saya kembali pulang kerumah.

Tetapi selalu Tuhan membuat hati saya tenang dan saya sangat bersyukur, sebab hingga selama ini infeksi yg ditakutkan oleh pihak medis tidak terjadi pada tubuh saya, bahkan sepertinya tubuh saya telah menanggapi dengan caranya sendiri bahkan terlihat biasa saja selain memang bila saya melakukan aktifitas saya yang berlebihan rasa sakit akan muncul.

Keputusan saya hingga hari ini hanyalah menyerahkannya kepada Tuhan.

Hati saya tidak mau saya letakkan di dalam ketakutan penyakit ini. Saya hanya percaya bahwa selama saya ada dan menulis kesaksian ini Tuhanlah yang bekerja didalam pergumulan hidup saya dan tubuh saya ini. saya sudah melewati masa-masa perjalanan menuju kematian itu dan Tuhan sudah menolong saya, lalu juga di masa-masa pemulihan, hingga sekarang Tuhan juga yang sudah membantu dan menguatkan saya, dan sekali lagi dimana sepertinya harapan itu tiada, Tuhan Yesus yang memberi pengharapan yang baru, juga waktu buat saya.

Jadi semakin iman saya bertumbuh dan berbuah, semakin besar pula pengharapan saya didalam Yesus bagi hidup saya. Dan bila Tuhan ada didalam hidup saya, untuk apa lagi saya harus takut dan khawatir. Sebab saya sudah pernah melewati waktu yang berharga itu (ambang batas kematian) dan di selamatkanNYA. Bersama dengan kekuatanNya yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang tidak ada menjadi ada, semua hanya didalam Yesus.
Nanti, bulan september 2013 adalah tahun keempat bagi pemulihan kaki saya, saya percaya tulang paha ini akan menyatu kembali dan saya tidak membutuhkan lagi pen yang tertanam didalam tulang paha saya ini.

Disaat tiba rontgen nanti, pasti ada kabar sukacita buat saya.
Tuhan Yesus sanggup memulihkan tulang paha saya ini, maka Ia akan segera memulihkannya. Tetapi seandainya tidak, tetap saya akan menyembah-NYA, sebab IA telah menyelamatkan hidup saya.
Amin, JBU.





sumber:

Kesaksian 'Rodi'
"Saya di Interupsi oleh NYA"




NOTE: You are welcome to share my poetry with others – please credit “dithelen” with a link to my website.  Thanks!


gravatar

Sekrang udah sembuh ga bang?