
Desi & bibir kecilnya
Desi warga desa Cikarang, Bogor
datang bersama ibunya (imas) ke bakti sosial pengobatan umum/gigi (2010) untuk
mendapatkan bantuan pengobatan, karena kebetulan desi sedang menderita demam. Namun kondisi fisik desi tidaklah
begitu baik.
Di wajah lugu desi tepatnya pada bibir bagian bawah terdapat
gumpalan merah kehitaman. Menurut pengakuan ayahnya (wahyudi), awalnya benjolan
tersebut hanya berupa bintik kecil berwarna merah. Hal ini diketahui sang ayah
sejak desi lahir.
Tidak ada rasa kawatir saat itu,
hingga akhirnya bintik kecil itu menunjukkan perubahan seiring dengan
pertumbuhan desi. Saat usia desi 1 tahun, bintik kecil mengalami pertumbuhan
dan membesar. Desi terlihat berbeda dari anak-anak lainnya. Karena kondisi
bibirnya yang tidak normal. Hati wahyudi dan imas teriris pilu. Berkali-kali
desi diperiksakan ke dokter puskesmas namun tidak ada penjelasan yang diperoleh
wahyudi tentang kondisi anaknya. “hati saya sedih. Bagaimana nanti jika
benjolan it uterus membesar dan menutupi wajah desi. Apa yang harus saya
katakana pada desi, jika ia menanyakan penyakitnya atau meminta saya untuk
mengobatinya. Sejujurnya, saya sangat takut…jangan-jangan benjolan itu tumor
ganas yang akan merenggut nyawa anak saya.” Ungkap wahyudi.
Wahyudi yang bekerja sebagai
buruh tidak tetap menyadari keterbatasannya. Keinginannya membawa desi berobat
di rumah sakit belum juga tercapai karena rupiah demi rupiah yang ia cari belum
terkumpul juga. Kebutuhan hidup istri dan keempat anaknya menjadi prioritas
yang tidak mungkin di tunda. Namun wahyudi tidak pernah menyerah. Sambil
bekerja keras ia terus berupaya untuk kesembuhan desi dengan mencari bantuan
pengobatan. Hingga desi berusia 3 tahun, akhirnya wahyudi bertemu dengan
donator dan inilah satu masa dimana desi mendapatkan bantuan pengobatan.
Rangkaian pemeriksaan berlangsung
di RS Fatmawati Jakarta (February 2011) oleh DR.Audy Budiarty,SpBP dan DR.Elida
sari siburian,SpBP.
Desi menderita Hemangioma di
bibir yang terdapat di 4 titik; bibir, dagu, pipi kanan dan pipi kiri. Dengan
kondisi tersebut, tim dokter mengatakan bahwa tindakan operasi tidak mungkin
dilakukan karena akan mengakibatkan pendarahan. Untuk mengatasinya, diputuskan
untuk melakukan tindakan penyuntikan dengan Aethoxysklerol Injection 3% (1 vial 2ml), secara berkala yakni dua
minggu sekali sampai hemangioma mengecil.
“Saya sangat bahagia dengan semua
kebaikan donatur untuk desi yang begitu peduli dan serius menolong desi.
Walaupun proses yang kami jalani untuk kesembuhan desi sangat lama, namun
melihat perubahan di bibir desi yang terlihat mengecil, saya sangat bahagia.
Yang penting desi sembuh, saya sangat berterimakasih untuk perhatian dan
bantuannya. Saya berharap, para donator terus ada untuk menolong orang-orang
seperti kami ini.” wahyudi.
Satu tahun lebih dan penyuntikan Aethoxysklerol Injection 3% masih
diberikan untuk menolong desi agar terbebas dari Hemangioma. Perlahan, gumpalan
dibagian bibirnya menunjukkan perubahan dan mengecil. Dibutuhkan kesabaran
untuk melihat desi benar-benar terbebas dari penderitaanya.