gravatar

PARA DEWAN dan PARTAI KONDANG juga PEMIMPIN SEJATI

(Saduran Para Filsuf kondang)




Kau telah melayani rakyat serta tahyul-tahyul rakyat- bukan kebenaran!.
Kau semua para 'Dewan kondang'! dan tepatnya karena inilah mereka menghormatimu.
Karena ini pula mereka mentolerir ketidakpercayaan(keserakahan) mu,
karena itu adalah dagelan dan jalan pintas bagi rakyat.

Maka sang juragan (pemerintah) menyenangkan para budaknya (Parlemen) bahkan terhibur oleh kepongahan mereka.
Tetapi ia yang dibenci rakyat adalah bagai "serigala" (militer) ke anjing-anjing(yudikatif) ;
ia adalah sang spirit bebas, musuhnya sengketa-sengketa,
tidak memuja apa-apa, tinggal di hutan-hutan.
Memburu ia dari sarangnya....

Rakyat selalu menamakan ini "HAK" ;
Tetapi mereka selalu menyediakan "anjing-anjing bergigi tertajam" (Yudikatif) baginya.
Karena dimana ada rakyat, disitu ada kebenaran!
terkutuklah, terkutuklah ia yang "mencari-cari"(memperkaya diri) !,
Hal ini selalu demikian sedari mulanya.

Kau mencari bukti akan kesahihan rasa hormat rakyat ;
ini yang kau namakan "kemauan pada kebenaran"(undang-undang), kau para dewan kondang.
Dan hatimu selalu berkata pada dirimu sendiri;
"Dari rakyat kami datang; dari mereka pula suara Tuhan itu datang pada kami."
Banyak penguasa yang mau rukun dengan rakyat,
telah mengikat diri di depan kudanya- seekor keledai kecil, si 'dewan kondang'!.


(CHAPTER 2)



Dan sekarang kau para ‘Partai kondang’,
aku minta kau untuk menanggalkan kulit singa dari badanmu itu.
Kulit binatang pemangsa, kulit bertutul dan rambut gembelnya sang yudikatif, sang legislatif, sang eksekutif !....

Ah, bagiku untuk bisa mempercayai "kesejatian" mereka, harus musti pada awalnya menghancurkan kemauan mereka untuk mencari-cari kepada dalil pengabdian.
kesejatian ; ini adalah yang kalian namakan ia yang pergi ke padang-padang pasir sunyi dan mematahkan hati pengabdiannya.
Di pasir kuning dan terbakar oleh sinar surya, mungkin ia menatap dengan tajam dan kehausan di pulau-pulau yang kaya dengan mata air, dimana segala kehidupan beristirahat di bawah bayang-bayang pepohonan.
Tetapi dahaganya tidak membujuk ia untuk menjadi serupa dengan mahluk-mahluk senang;
Karena dimana ada oasis-oasis disana ada berhala-berhala.


Lapar, berangasan, sendirian, tanpa Tuhan : seperti itulah partai kondang itu ingin untuk menjadi.
bebas dari kebahagiaan-kebahagiaan pelayan-pelayan, bebas dari tuhan-tuhan dan pemujaan, tidak takut dan di takuti, megah dan sendirian ; begitulah kemamuan pemimpin sejati dalam partai kondang.



Para pemimpin sejati, para partai kondang selalu hidup dipadang pasir,
sebagai juragan-juragan padang pasir...
Tetapi dikota-kota, hidup makmur para dewan kondang ; para binatang penghela beban.
Karena mereka selalu menarik, bagai keledai-keledai pedati rakyat.


Jadi, haruskah aku murka kepada mereka akan hal ini?...
Ah sudahlah, mereka tetap saja para pelayan dan para binatang dalam kekang.
Bahkan jika pun mereka berkilauan dengan pakaian emas,
Mereka tetap saja para binatang dalam kekang.


'Dithelen
NOTE: You are welcome to share my poetry with others – please credit “dithelen” with a link to my website. Thanks!