gravatar

Ambonse moord

Ambonse moord



Neen, Leezer, neen het zyn geen woeste Macedonen,
Dia Jeugd, nog Ouderdom, nog Man, nog Vrow verschonen.
Het is geen Galliƫ, Romein of Indiaan
Die aan de Onnozelheid zyn wreede hand durft slaan.
‘t Zyn Christenen! Het zyn, o Hemel! Batavieren…

Artinya :
“Bukan, para pembaca, bukan, mereka bukanlah orang-orang Macedonia yang liar
Yang ganas terhadap orang muda, orang tua, pria maupun wanita
Mereka bukan pula orang-orang Galia, Romawi atau India
Yang berani memukul orang yang tidak bersalah dengan tangan yang kejam
Mereka adalah orang Kristen (Sungguh tak dapat dipercaya)! Sesungguhnyalah, Oh Tuhan! Mereka adalah orang Batavia…

Terganggunya rasa aman kadangkala memang bisa memunculkan tindakan agresif dan anarkhis. Orang agresif dan anarkhis sebenarnya adalah orang-orang yang tengah dilanda kecemasan berlebihan, ketakutan dan keterancaman. Hal ini pula yang pernah menimpa para perantau Eropa sepanjang abad 16-18 di Nusantara. Tindakan brutal yang kadang sangat kejam, kerap kali mereka pertunjukkan, bukan hanya kepada orang Asia, bahkan kepada sesama bangsa Eropa sendiri yang juga tengah mengadu nasib di Nusantara. Sebut saja peristiwa pembantaian orang Inggris oleh orang Belanda di Ambon yang dikenal sebagai peristiwa Ambonse moord pada 1662. Kekejaman demi kekejaman ini membuat masyarakat Eropa sendiri terenyuh. seperti sebait sajak diatas oleh Willem van Haren yang ditulis pada 1742.

'Salahuddien Gz dan Damar Shashangka II.